Tuesday, October 21, 2014

SBY Kunjungi Museum KAA



Sembilan bulan sebelum perhelatan KTT Asia Afrika April 2005 di Bandung, saya dengan berseragam Satpam sempat mencicipi tidur di halaman belakang rumah SBY. Pos jaga saya adalah sebuah mobil Kijang milik salah satu televisi swasta nasional di bilangan Sudirman lengkap dengan perlengkapan studio. Mobil itu parkir di bawah pohon jengkol. Di dalamnya, dengan berselimut angin malam dan beratapkan langit berbintang, saya nyaris tak memicingkan mata semalam suntuk.

Pasalnya, kegaduhan demi kegaduhan tak kunjung henti dari awak media. Suara-suara itu membuat hingar bingar suasana malam di sekitar kediaman SBY di Cikeas. Ya, kala itu sedang berlangsung proses penghitungan suara hasil Pemilu 2004. Menjelang fajar menyingsing, saya tak sengaja berpapasan dengan SBY di jalan menuju mushala. Ia tersenyum ke arah saya dan berkata “Dari media mana, Mas?”.

Jumat, 23 April 2005 sekira pukul 22.00WIB di pintu masuk Gedung Merdeka, saya kembali berjumpa SBY. Head of Organizing Committee KTT Asia Afrika menugaskan saya sebagai LO untuk kepala negara dan pemerintahan yang bertutur dalam Bahasa Perancis. Sejurus kemudian, SBY berbicara ke arah saya, “LO untuk Bahasa Perancis ada ya? Coba perkenalkan diri kamu dalam Bahasa Perancis,”.

Agustus 2012 saya kembali berjumpa SBY. Saat itu SBY membuka resmi acara Kebangkitan Teknologi Nasional di Gedung Merdeka. Di luar dugaan SBY menyapa saya yang berdiri di sekitar karpet merah menuju area pameran. “Selamat Pagi,” ujarnya sambil tersenyum khas. Tetiba muncul keberanian entah dari mana, saya menghampirinya dengan menyodorkan tangan kanan. Ia menjabat arat sambil menatap hangat ke arah saya.

“Pak SBY, demi Solidaritas Rakyat Asia Afrika, izinkan saya memperlihatkan sejarah panjang perjuangan bangsa Asia Afrika dan Gerakan Nonblok!”. 

Ia menjawab, “Lanjutkan!”.

Sekira 30 menit kami berkeliling ke seluruh ruang pameran tetap dan temporer Museum KAA. Sekilas saya merasakan sifat pembelajarnya yang baik. Banyak pertanyaan di luar dugaan saya. Salah satunya adalah tentang Colombo Power.

Di penghujung tur, SBY berhenti sejenak dan menggenggam erat kedua tangan saya sambil berkata, “Jaga terus Semangat Bandung. Teruskan dan sebarluaskan semangat ini.” Ada beberapa kata lagi yang saya sengaja tidak tampilkan di sini.

Usai ia pamit, di belakang saya secara bergantian rombongan presiden itu menyalami saya sambil mengucapkan selamat. Kalimat Julian Adrian Pasha yang paling saya ingat. “Jarang-jarang lho Bapak begitu!” pungkasnya.