Saturday, May 19, 2018

Mas Hendrajit, Sang Guru


Salah satu guru terbaik saya dalam analisa Scheming Analytical, yakni Mas Hendrajit pada Senin, 7 Mei 2018 tetiba mampir ke Gedung Eks Societeit Concordia.

Seperti biasa saya langsung menyiapkan diri untuk 'ngangsu elmu lan kaweruh' dari Beliau. Secangkir kopi hitam panas dan keretek meluncur di meja.

Sosok ini membagikan banyak hal, termasuk isu terkini soal Weaponry Laundry Scheming di salah satu negara eks USSR di Eropa Timur. "Dua negara di Afrika dan satu negara di Asia Tenggara diyakini terlibat dalam skema berjejaring ini," ucapnya soal Weaponry Laundry Scheming.

Ia pula menyinggung orientasi Polugri di Indo-Pacific Barat yang dikelola saat ini bisa saja berpeluang boomerang.

Akan tetapi, menurutnya, geografi sebagai determinant factor tetap akan menjadi titi mangsa analisa power, purpose, dan scheme.

Misalnya, ia mencontohkan scheme dan contra-scheme di Indo-Pacific Barat. "Kawasan itu sedang dipersiapkan sebagai jembatan menuju Amerika Latin. Ini mirip Indian Ocean. Jadi, kita berada di antara tiga ground-well, yakni LTS , Pasifik Selatan, dan Indian Ocean," urainya.

Jika sudah mencapai scheme, langkah selanjutnya adalah contra-scheme. Inilah titik teratas analisa kebijakan luar negeri.

Akan halnya sosok raksasa baru di Asia Pasifik yang makin menggeliat, ia mendorong agar kembali ke Pancasila dan UUD 1945 sebagai komitmen kebangsaan terhadap kepentingan nasional dan keamanan nasional.

Saat FGD Evaluasi Kebijakan Politik Luar Negeri di bulan Desember 2016 silam, ia sengaja meminta saya tampil sebagai pemakalah untuk topik 'Indonesia-Afrika: Aliansi Simetri atau Asimetri' di hadapan praktisi dan akademisi Polugri.

Bung Tito dan Pancasila




Belum begitu lama Sang Surya tergelincir pada Rabu, 9 Mei 2018 Bung Tito Zeni Asmarahadi tetiba beranjang sana di Eks Gedung Konstituante.

Bung Tito adalah karib kental saya sejak lama saat menuangkan kegelisahan-kegelisahan sosial yang terus bergerak liar. Saat penyusunan timelines film Sukarno, Bung Tito mengajak saya hadir bersama tim riset untuk berdiskusi mendalam tentang pemikiran internasionalisme Bung Besar.

Diskusi soal isu kebangsaan petang itu segera meluncur sambil ditemani kopi panas dan keretek. Ada banyak perspektif baru tentang Pancasila.

FYI, Bung Tito adalah putra kandung Alm. Asmarahadi yang sekaligus menantu Bung Besar. Selama masa pembuangan di Ende, Flores, Bung Besar secara intensif berdiskusi soal konsepsi Pancasila bersama mendiang Ayahanda Bung Tito.

Menyinggung situasi terkini, Beliau terus berharap dan berusaha agar semua anak bangsa kembali ke jati diri, yakni Pancasila.

Bung Tito pamit sambil mengepalkan tangan dan berseru, "Merdeka!"* Panjang Umur Kesetiakawanan, Bung!